ASUMSI RASIONALITAS
DALAM EKONOMI ISLAMI

A . Asumsi Rasionalitas
Jenis Rasionalitas
a. self
interest rationality (rasionalitas kepentingan pribadi)
prinsip
pertama dalam ilmu ekonomi menurut Edgeworth, adalah bahwa setiap pihak digerakkan
hanya oleh self interest. Hal ini mungkin saja benar pada masa-masa Edgeworth,
tapi salah satu pencapaian dari teori utilitas modern adalh pembebasan ilmu
ekonomi dari prinsip pertama yang meragukan tersebut. Definisi self interest
self interest tidak harus selalu
berarth disukai i memperbanyak kekayaan seseorang dalam satuan rupiah tertentu.
Dengan demikian, self interest sekurang-kurangnya mencakup tujuan-tujuan yang
berhubungan dengan prestise, persahabatan, cinta, kekuasaan, menolong sesama, pencitaan
karya seni dan banyak lagi.
b . present-aim
rationality
teori
utilitas modern yang aksiomatis tidak berasumsi bahwa manusia bersika
mementingkan pribadinya (self interested). Teori ini hanya berasumsi bahwa
manusia menyesuaikan preferensinya dengan sejumlah aksioma: secara kasarnya
preferensi-preferensi tersebut harus konsisten. Individu-individu menyesuaikan
dirinya dengan aksioma-aksioma ini tanpa harus menjadi self interest
B. Aksioma-aksioma Pilihan Rasional
a . kelengkapan (completeness)
jika individu dihadapkan pada
situasi, A dan B, maka ia dapat selalu menentukan secara pasti salah satu dari
tiga kemungkinan berikut ini:
·
A lebih disukai daripada B
·
B lebih disukai daripada A
·
A dan B sama-sama disukai
b. Transivitas (transivity)
jika bagi seseorang “A harus
lebih disukai dari B” dan “B lebih disukai
daripada C” maka baginya “A harus lebih disukai daripada C”. Asumsi ini
menyatakan bahwa pilihan individu bersifat konsisten secara internal.
c . kotinuitas (continuity)
jika bagi seseorang “A lebih
disukai daripada B” maka situasi-situasi yang secara cocok “mendekati A “ harus
juga lebih disukai daripada B.
C. Asumsi-asumsi Lainnya tentang
Preferensi
a. Kemotonan yang kuat (strong
monotonycity)
bahwa lebih banyak berarti
lebih baik. Biasanya kita tidak memerlukan asumsi sekuat ini. Asumsi ini daat
diganti dengan yang lebih lemah yakni Local Nonsatiation.
b. Local Nonsatiation
asumsi ini
menyatakan bahwa seseorang dapat selalu berbuat lebih baik, sekecilbahkanbila ia hanya menikmati
sedikit perubahan saja dalam “keranjang konsumsinya”
c. Konveksitas Ketat (Strict
Convexity)
asumsi ini
menyatakan bahwa seseorang lebih menyukai yang rata-rata daripada yang ekstrim, tapi selain dari pada makna ini,
asumsi ini memiliki muatan ekonomis yang kecil. Strict convexcity merupakan
generalisasi dari asumsi neoklasik tentang “diminishing
marginal rates of subtitution.”
BAGIAN 2

PERSPEKTIK ISLAM TENTANG ASUMSI RASIONALITAS
A . Perluasan Konsep Rasionalitas (untuk transivitas)
Pertama-pertama, kita berpendapat
bahwa self interest rationality yang
diperkenalkan oleh edgeworth
adalah konsep yang lebih baik dalam artian kita berasumsi bahwa individu
mengejar banyak tujuan, bukan hanya memerbanyak kekayaan secara moneter .
Kedua, kita berpendapat bahwa
teori modern tentang keputusan rasional tidak diseakati secara universal. versi
yang berbeda memiliki aksioma yang berbeda. Tetapi kesemuanya
sekurang-kurangnya menyepakati aksioma transivitas. Transivitas adalah syarat
minimal konsistensi: jika konsistensi tidak mensyaratkan transivitas , maka
sesungguhnya ia tidak mensyaratkan apapun.
Dalam nilai islam terdapat dua
cara untuk mendistribusikan pendapatan. Iuran wajib (zakat), dan iuran sukarela
(infaq). Dalam kebanyakan kasus, sektor suka rela tidak dapat secara mutlak
dijelaskan bahwa tindakan sukarela ini
memenuhi persyaratan transivitas. Jika pekerjaan dengan gaji Rp5 juta lebih
disukai dari pada pekerjaan dengan gaji Rp3 juta , dan jika pekerjaan dengan
gaji Rp3 juta lebih disukai dari pada pekerjaan dengan gaji Rp500 ribu, aakah
masuk akal jika pekerjaan dengan gaji Rp500 ribu lebih disukai daripada
pekerjaan dengan gaji Rp5 juta? Menurut aksioma transivitas ini dianggap tidak
masuk akal/rasional karena tidak konsisten.
1.Persyaratan
Transivitas
Andaikan
seseorang dihadapkan pada pilihan antar A dan B, ia memilih A. Bila dihadapkan
dengan pilihan B dan C , ia memilih B. Dihadapkan pada pilihan C dan A, ia
memilih C. Pilihan ini kelihatannya intransitif karena kita melihat bahwa ia hanya memiliki tiga alternatif yakni A, B, dan C. Tetapi marilah
kita rinci alternatif ini dengan lebih cantik. Mari kita rumuskan alternatifnya
sebagai berikut:
Simbol
|
Alternatif
|
Ab
Ba
Bc
Cb
Ca
Ac
|
Memilih A jika B merupakan satu-satunya alternatif yang ada.
Memilih B jika A merupakan satu-satunya alternatif yang ada.
Memilih B jika C merupakan satu-satunya alternatif yang ada.
Memilih C jika B merupakan satu-satunya alternatif yang ada.
Memilih C jika A merupakan satu-satunya alternatif yang ada.
Memilih A jika C merupakan satu-satunya alternatif yang ada.
|
Maka orang ini memilih Ab daripada Ba, Bc dari pada Cb, dan
Ca daipada Ac. Dalam hal ini tidak terdapat transivitas. Erhatikan bahwa Ca
bukan Cb.
Sekilas awal kelihatannya pilihan tersebut intransitif,
karena kita hanya melihat tiga pilihan:
1.
A
2.
B
3.
C
Tetapi untuk orang
ini ia melihat empat pilihan:
1.
Ab
2.
Bc
3.
Cb
4.
Ca
Mari kita ambil contoh lain.
Katakanlah barri mempertimbangkan 3 gadis untuk dijadikan
istrinya. Bagi barri, akhlak dan kecantikan merupakan
faktor yang menentukan. Secara spesifik, Barri merumuskan preferensinya sebagai berikut:
1.
Jika perbedaan akhlak tidak signifikan, yakni
< 2, maka kecantikan merupakan fakto yang menentukan
2.
Jika perbedaan akhlak signifikan, yakni > 2, maka akhlak merupakan faktor yang
menentukan.
Menerut evaluasi Barri, skor
untuk gadis-gadis tersebut adalah sebagai berikut:
Nama
|
Kecantikan
|
Akhlak
|
Gadis A
Gadis B
Gadis C
|
9
8
7
|
5
6
7
|
Kemudian Barri membuat alternatifnya:
Pilihan antara
|
Perbedaan akhlak
|
Faktor penentu
|
Pilihan Barri
|
preferensi
|
Gadis A & B
Gadis B & C
Gadis C & A
|
1
1
2
|
Kecantikan
Kecantikan
Akhlak
|
Gadis A
Gadis B
Gadis C
|
A daripada B
B daripada C
C daripada A
|
Barri tidak hanya melihat tiga pilihan, gadis A, B dan C.
Baginya pilihanyya adalah:
1.
Gadis A, jika B merupakan alternatif
satu-satunya (Ab lebih disukai daripada Ba)
2.
Gadis B, jika C merupakan alternatif
satu-satunya (Bc lebih disukai daripada Cb)
3.
Gadis C, jika A merupakan alternatif satu-satunya
(Ca lebih disukai daripada Ac)
2 . Utilitas dan
Infak (sedekah)
Kini
kita berlanjut pada utilitas Farhan yang merasa lebih baik jika ia
membelanjakan uangnya untuk infak (sedekah). Mari kita mendefinisikan fungsi
utilitasnya sebagai Uf=U(Mf.Mz), dimana:
Uf= Utilitas Farhan
Mf= Uang yang dimiliki oleh Farhan
Mz= Uang ynag dimiliki oleh Zahid
Slope
kurva farhan negatif karena menurut farhan, infak adalah hal yang baik. Slope
negatif juga berarti bahwa farhan mengurangi pendapatannya agar pendapatan
Zahid bertambah. Berapa jumlah pendapatan yang tersedia diserahkan oleh Farhan
tergantung pada budget line. Titik A
adalah solusi optimal untuk farhan. Penjelasan lebih lanjut akan dibahas ada
bab XI, bagian 4.1,

B. Perluasan Sektrum Utilitas ( untuk
strong Monotonicity & Local Nonsatiation)
Dalam
prespektif islam, lebih banyak tidak selalu berarti lebih baik. Asumsi “lebih
banyak lebih baik” hanya benar jika kita harus memilih antara X halal dan Y
halal. Tidak benar jika kita harus memilih antara X halal dan Y haram, atau X
haram dan Y halal, atau X haram dan Y haram. Nilai islam tentang halal dan
haram membuat kita harus memperluas spektrum utilitas.
![]() |
Gambar
3.2. strong monotonicity
![]() |
Gambar
3.3. spektrum yang Diperluas
Kini kita dapat menggambarkan emat tipe fungsi utilitas:
![]() |

![]() |
|||
![]() |
Gambar
3.4. tipe fungsi utilitas
Tipe X Tipe Y solusi optimal
|
X Halal Y
Halal Pada
MRS = slope budget line
X Halal Y
Haram solusi
sudut pada Y=0
X Haram Y Halal Solusi sudut
pada X=0
X Haram Y Haram Pada titik origin
(0,0)
|
Melonggarkan
Persyaratan Kontinuitas (untuk kontinuitas)
Kita
asumsikan bahwa permintaan Y haram dalam keadaan darurat . Anda dapat
membayangkan permintaan terhadap babi ini bukan merupakan permintaan yang
kontinu, melainkan diskrit. Karena itu, permintaannya adalah permintaan titik
(point demand). Berapapun harga daging babi pada saat itu, permintaannya Qp,
yakni sejumlah tertentu daging babi untuk memenuhi kebutuhan kelangsungan
hidup.
Perluasan Horison
Waktu
Dalam
prespektif islam, waktu sangat penting dan sangat bernilai. Nilai waktu
tergantung pada bagaimana seseorang memanfaatkan waktunya. Semakin produktif seseorang
memanfaatkan waktunya, semakin banyak nilai yang diperolehnya bagi setiap orang
setiap hari adalah 24 jam, tetapi nilai waktunya akan berbeda-beda. Tentu saja
kita dapat mengukur nilai secara moneter.
Komonoditas yang
Seharusnya tidak didiskon
Keberatan pertama bukan
ditunjukkan kepada teori metode harga pasar, teta[i ditujukan pada cara-cara
penerapan metode tersebut dalam praktik. Keberatan kedua adalah bahwa pada
banyak proyek, sebagian besar dari pihak yang berkepentingan tidak terwakili
dalam pasar.
Ekonomi mikro Islami Adiwarman A. karim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar